Monday, 14 December 2009

Kewarganegaraan: Otonomi Daerah

            A.                ARTI OTONOMI DAERAH
Istilah otonomi daerah dan desentralisasi dalam konteks bahasan sistem penyelenggaraan pemerintahan sering digunakan secara campur aduk (interchangeably). Kedua istilah tersebut secara akademik bisa dibedakan, namun secara praktis dalam penyelenggaraan pemerintah tidak dapat dipisahkan. Tak heran misalnya dalam buku-buku referensi, termasuk di buku ini, pembahasan otonomi daerah diulas memakai istilah desentralisasi. Di mana desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan pembagian kewenangan kepada organ-organ penyelenggara negara, sedangkan otonomi daerah menyangkut hak yang mengikuti pembagian wewenang tersebut.
Desentralisasi bukan merupakan sistem yang berdiri sendiri melainkan merupakan rangkaian kesatuan dari suatu sistem yang lebih besar. Suatu negara bangsa menganut desentralisasi  bukan karena alternatif dari sentralisasi. Karenanya, suatu negara merupakan payung desentrlisasi dan sentralisasi.
Otonomi daerah dalam arti sempit dapat diartikan sebagai ‘mandiri’. Sedangkan dalam makna yang lebih luas diartikan sebagai ‘berdaya’. Otonomi daerah dengan demikian berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri.
Desentralisasi sebagaimana didefinisikan United Nations (PBB) adalah sebagai berikut:
“Decentralization refers to the transfer of authority away from the national capital whether by deconcentrtion (i.e delegation) to field officer or by devolution to local authorities or local bodies.”
Batasan ini hanya menjelaskan proses kewenangan yang diserahkan pusat kepada daerah. Proses itu melalui dua cara yaitu dengan delegasi pejabat-pejabat di daerah (deconcentration) atau dengan devolution kepada badan-badan otonom daerah.
M. Turner dan D. Hulme (dalam Teguh Yuwono, ed., 2001, h. 27) berpandangan bahwa yang dimaksud dengan desentralisasi adalah transfer kewenangan untuk menyelenggarakan beberapa pelayanan kepada publik dari seseorang atau agen pemerintah pusat kepada beberapa individu atau agen lain yang lebih dekat kepada publik yang dilayani. Landasan yang mendasari transfer ini adalah teritorial dan fungsional. Teritorial yang dimaksud adalah menempatkan kewenangan kepada level pemerintahan yang lebih rendah dalam wilayah hirarkis yang secara geografis lebih dekat kepada penyedia layanan dan yang dilayani. Fungsional artinya transfer kewenangan kepada agen yang secara fungsional terspesialisasi.
Rondinelli mendefinisikan desentralisasi sebagai transfer tanggung jawab dalam perencanaan, manajemen, dan alokasi sumber-sumber dari  pemerintah pusat dan agen-agennya kepada unit kementerian pemerintah pusat, unit yang ada di bawah level pemerintah, otoritas atau korporasi publik semi otonomi, otoritas regional atau fungsional dalam wilayah yang luas, atau lembaga privat non pemerintah, dan organisasi nirlaba (Teguh Yuwono, ed., 2001, h. 28).

B.                 ARTI PENTING OTONOMI DAERAH-DESENTRALISASI

Desentrlisasi dianggap dapat menjawab tuntutan pemerataan, pembangunan sosial ekonomi, penyelenggaraan pemerintah, dan pembangunan kehidupan berpolitik efektif. Sebab desentralisasi menjamin penanganan tuntutan masyarakat secara variatif dan cepat. Ada beberapa alasan mengapa kebutuhan terhadap desentralisasi di Indonesia saat ini dirasakan sangat mendesak. Pertama, kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini sangat berpusat di Jakarta. Kedua, pembagian kekayaan secara tidak adil dan tidak merata. Ketiga, Kesenjangan sosial antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Pilihan terhadap desentralisasi haruslah dilandasi argumentasi yang kuat baik secara teoritik maupun empirik. Kalangan teoritisi pemerintahan dan politik mengajukan sejumlah argumen yang menjadi dasar atas pilihan tersebuut sehingga dapat dipertanggungjawabkan baik secara empirik ataupun normatif-teoritik. Di antara berbagai argumentasi dalam memilih desentralisasi-otonomi (Syaukani, et.al., 2002, h. 20-30), yaitu:
1.      Untuk terciptanya efesiensi-efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.
2.      Sebagai sarana pendidikan politik.
3.      Pemerintahan daerah sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan.
4.      Stabilitas politik
5.      Kesetaraan politik (political equality).
6.      Akuntabilitas publik.

C.                VISI OTONOMI DAERAH

Visi otonomi daerah itu dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup interaksinya yang utama: politik, ekonomi, serta sosial dan budaya (Syaukani, et.al., 2002, h. 172-176). Berdasarkan visi ini, maka konsep dasar otonomi daerah yang kemudian melandasi lahirnya UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999, merangkum hal-hal berikut ini:
1.      Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintahan dalam hubungan domestik kepada daerah.
2.      Penguatan peranan DPRD sebagai represntasi rakyat lokal dalam pemilihan dan penetapan kepala daerah.
3.      Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai dengan kultur berkualitas tinggi dengan tingkat akseptabililtas yang tinggi pula.
4.      Peningkatan efektifitas fungsi-fungsi pelayanan eksekutif.
5.      Peningkatan efesiensi administrasi keuangan daerah.
6.      Pengaturan pembagian sumber-sumber pendapatan daerah, pemberian keleluasaan kepada daerah, dan optimalisasi upaya pemberdayaan masyarakat.

D.                MODEL DESENTRALISASI

Rondinelli membedakan empat bentuk desentralisasi, yaitu (1) dekonsentrasi, (2) delegasi, (3) devolusi, dan (4) privatisasi. (Teguh Yuwono, ed., h. 29-33).

1.      Dekonsentrasi
Dekonsentrasi merupakan pembagian kewenangan dan tanggung jawab administratif antara departemen pusat dengan pejabat pusat di lapangan tanpa adanya penyerahan kewenangan untuk mengambil keputusan atau keleluasaan membuat keputusan.

2.      Delegasi
Delegasi ialah pelimpahan keputusan dan kewenangan manajerial untuk melakukan tugas-tugas khusus kepada suatu organisasi yang tidak secara langsung berada di bawah pengawasan pemerintahan pusat.

3.      Devolusi
Devolusi adalah bentuk desentralisasi yang lebih ekstensif, yang merujuk pada situasi di mana pemerintah pusat mentrasfer kewenangan untuk pengambilan keputusan, keuangan, dan manajemen kepada unit otonomi pemerinyah daerah. Dalam pandangan Rondinelli, devolusi merupakan upaya untuk memperkuat pemerintah daerah secara legal yang secara substnsif kegiatan-kegiatan yang dilakukannya di luar kendali langsung pemerintah pusat.
Menurut Mawhood sebagaimana dikutip oleh Turner dan Hulme ada lima ciri yang melekat pada devolusi, yaitu:
a)      Adanya sebuah badan lokal yang secara konstitusional terpisah dari pemerintah pusat dan bertanggung jawab pada pelayanan lokal yang signifikan.
b)      Pemerintah daerah harus memiliki kekayaan sendiri, anggaran, dan rekening seiring dengan otoritas untuk meningkatkan pendapatannya.
c)      Harus mengembangakan kompetensi staf.
d)     Anggota dewan yang terpilih, yang beroperasi pada garis partai, harus menentukan kebijakan dan prosedur internal.
e)      Pejabat pemerintah pusat  harus melayani sebagai penasehat dan evaluator luar (external advisors & evaluators) yang tidak memiliki peranan apapun di dalam otioritas lokal.

4.      Privatisasi
Privatisasi adalah suatu tindakan pemberian kewenangan dari pemerintah kepada badan-badan sukarela, swasta, dan swadaya masyarakat, tetapi dapat pula merupakan peleburan badan pemerintah menjadi badan usaha swasta.

E.                 PRINSIP-PRINSIP OTONOMI DAERAH DALAM UU No. 22 TAHUN 1999

Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana terdapat dalam UU No. 22 tahun 1999 adalah (Nur Rif’ah Masykur, peny., 2001, h. 21):
1.      Demokrasi, keadilan, pemerataan, potensi, dan keanekaragaman daerah.
2.      Otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab.
3.      Otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kota dan daerah kabupaten.
4.      Sesuai dengan konstitusi negara.
5.      Kemandirian daerah otonom.
6.      Meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah.
7.      Asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi sebagai wilayah administrasi.
8.      Asas tugas pembantuan.

F.                 PEMBAGIAN KEKUASAAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH DALAM UU No. 22 TAHUN 1999

1.      Kewenangan pemerintah pusat dalam UU No. 22 tahun 1999
Hubungan luar negeri, pertahanan, dan keamanan, peradilan, moneter, dan agama, serta berbagai jenis urusan yang memang lebih efisien ditangani secara sentral oleh pemerintah pusat, seperti kebijakan makro ekonomi, standarisasi nasional, administrasi pemerintahan, badan usaha milik negara, dan pengembangan SDM.

2.      Kewenangan propinsi sebagai daerah administratif dalam UU No. 22 tahun 1999
a)      Kewenangan bersifat lintas kabupaten dan kota.
b)      Kewenangan pemerintah lainnya, seperti perencanaan dan pengendalian pembangunan regional secara makro.
c)      Kewenangan kelautan.
d)     Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani oleh kabupaten dan kota.

3.      Kewenangan pemerintah kabupaten dan kota sebagai daerah otonom
a)      Pertanahan,
b)      Pertanian,
c)      Pendidikan dan kebudayaan,
d)     Tenaga kerja,
e)      Kesehatan,
f)       Lingkungan hidup,
g)      Pekerjaan umum,
h)      Perhubungan,
i)        Perdagangan dan industri,
j)        Penanaman modal, dan
k)      Koperasi.

G.                OTONOMI DAERAH DAN DEMOKRATISASI

Keterkaitan otonomi daerah dengan demokratisasi pernah diungkapkan oleh Muhammad Hatta, proklamator RI dalam suatu kesempatan,
...memberikan otonomi daerah tidak saja berarti meleksanakan demokrasi, tetapi mendorong berkembangnya auto-aktiviteit. Auto-aktiviteit berarti bertindak sendiri, meleksanakan sendiri apa yang dianggap penting bagi lingkungan sendiri. Dengan berkembangnya auto-aktiviteit tercapailah apa yang dimaksud dengan demokrasi, y.i. pemerintahan yang dilaksanakan oleh rakyat, untuk rakyat. Rakyat tidak saja menentukan nasibnya sendiri, melainkan juga dan terutama memperbaiki nasibnya sendiri.

Thursday, 15 October 2009

FC. Internazionale ke Serie B?

Karena kegerahan saya mengenai ejekan dan tuduhan sejumlah tifosi klub Italia lain belakangan ini kepada Inter yang menganggap Inter diselamatkan FIGC dari degradasi 1922 dan menjadikan Venezia sebagai pengganti Inter, maka saya mencoba melakukan sebuah pencarian dari berbagai sumber mengenai apa yang sebenarnya terjadi di Prima Categoria FIGC dan Prima Divisione CCI (sebelum masa Serie-A) musim kompetisi 1921-1922 serta Prima Divisione 1922-1923.

I. Campionato Federale/Prima Categoria & Seconda Categoria/Promozione FIF/FIGC



Sejak kompetisi sepakbola di Italia bergulir pada tahun 1898, klub-klub sepakbola Italia baru bermunculan satu demi satu dan menyebabkan ledakan jumlah klub sepakbola yang berkompetisi di Campionato Federale. Untuk mengatasi masalah ini Federasi Sepakbola Italia yang ada saat itu (FIF yang kemudian berganti nama menjadi FIGC tahun 1909) membuat sebuah kompetisi baru bernama Seconda Categoria (sebelum masa Serie-B) di tahun 1904 sebagai ajang untuk menyaring kompetensi klub-klub baru ini sebelum dipromosikan ke Campionato Federale baru yang sejak saat itu diberi nama anyar: Prima Categoria.


Adalah Pro Vercelli klub pertama dari Seconda Categoria yang berhasil promosi ke Prima Categoria di tahun 1907 dan bahkan langsung berhasil menjuarai kompetisi tertinggi sepakbola Italia tersebut di tahun 1908 atau hanya 1 tahun setelah promosi. Pada 1912 FIGC menetapkan peraturan baru tentang promosi yang akhirnya merubah nama Seconda Categoria menjadi Promozione.

II. FIGC & CCI


Tapi kemudian masalah barupun muncul, meskipun jumlah klub baru yang bisa masuk Prima Categoria berhasil dibatasi setiap musimnya namun jumlah klub yang berkompetisi di sana terus bertambah karena tidak adanya klub yang keluar (atau degradasi) dari situ. Parahnya adalah karena saat itu setiap klub yang berkompetisi di Prima Categoria memiliki representatif di FIGC (jadi seperti Parlemen) maka banyak klub-klub kecil yang jumlahnya mayoritas menolak usulan klub-klub elit Italia untuk memberlakukan sistem degradasi untuk mengurangi jumlah klub Prima Categoria sekaligus membuat kompetisi berjalan lebih kompetitif.


Puncaknya adalah pada saat pelatih legendaris Italia, Vittorio Pozzo, mengajukan petisi kepada FIGC pada 1921 yang popular dengan sebutan Progetto Pozzo agar dirancang sebuah sistem degradasi namun setelah voting yang berjalan alot ternyata petisi tersebut harus kandas karena representatif klub-klub kecil yang telah disebutkan di atas tidak ingin terlempar dari Prima Categoria. Akhirnya di tahun tersebut para klub elit memutuskan hengkang dari FIGC dan membentuk CCI dan mengadakan kompetisi sendiri yang mereka namakan Prima Divisione dan kasta keduanya yang dinamakan Seconda Divisione. Sementara di sisi lain FIGC tetep ngotot menyelenggarakan Prima Categoria meski tanpa dihadiri klub-klub elit.



III. Prima Divisione 1921-1922 (CCI)

Salah satu regulasi yang disetujui dalam penyelenggaraan pertama Prima Divisione musim 1921-1922 oleh CCI adalah diberlakukannya regulasi sistem degradasi, sementara sistem kompetisi akan dibagi dalam 2 turnamen; Lega Nord dan Lega Sud. Juara masing-masing turnamen akan diadu dalam Final untuk menentukan juara Prima Divisione 1921-1922.


Lega Nord yang diikuti 24 klub akan dipecah menjadi 2 Grup, kedua Juara Grup akan diadu dalam Final Lega Nord dan pemenangnya akan menjadi Juara Lega Nord Prima Divisione 1921-1922 sementara kedua Juru Kunci juga akan diadu dalam play-off degradasi (spareggi) dan yang kalah akan terdegradasi untuk kemudian digantikan Juara Lega Nord Seconda Divisione 1921-1922.


Lega Sud diikuti oleh 32 klub yang terbagi dalam 5 Regional berbeda (Lazio, Marche, Campania, Puglia dan Sicilia) karena kemampuan ekonomi klub peserta Lega Sud tidak memungkinkan untuk diadakannya turnamen panjang seperti yang diterapkan di Lega Nord, masing-masing Juara Regional akan diadu dalam play-off dan pemenangnya menjadi Juara Lega Sud sementara regulasi degradasi Lega Sud memberlakukan sistem berbeda untuk masing-masing Regional: Lazio (9 klub berformat liga, 3 klub terbawah degradasi langsung), Marche (6 klub yang dibagi dalam 2 grup, 5 klub terdegradasi langsung), Campania (7 klub berformat liga, hanya 1 klub terbawah yang degradasi langsung), Puglia (4 klub berformat liga, hanya 1 klub terbawah yang degradasi langsung), Sicilia (6 klub berformat liga, hanya 1 klub terbawah yg degradasi langsung).


Klasemen Akhir Prima Divisione CCI 1921-1922


Lega Nord


Grup A:


1. Pro Vercelli 36

2. Novara 32

3. Bologna 27

4. Mantova 24

5. Andrea Doria 23

6. Juventus 22

7. Hellas Verona 22

8. US Milanese 20

9. AC Milan 18

10. US Livorno 17

11. Spezia 16

12. Vicenza 7



Grup B:

1. Genoa 37

2. Alessandria 28

3. Pisa 27

4. Modena 26

5. Padova 23

6. Casale 20

7. Legnano 20

8. Savona 20

9. Torino 20

10. Venezia 17

11. Brescia 15

12. Inter Milan 11



i) Pro Vercelli dan Genoa maju ke Final Lega Nord

ii) Vicenza dan Inter Milan bertemu di Play-off degradasi Lega Nord


Lega Sud

Campania:


1. Puteolana 24


2. Savoia 18

3. Inter Napoli 12

4. Naples FC 11

5. Ilva Bagnolese 10

6. Juve Stabia 9

7. Salernitana 0


Sicilia:

1. Palermo 20

2. Libertas Palermo 12

3. Messinese 10

4. Umberto Messina 10

5. SC Messina 8

6. Vigor Trapani 0

Marche:


Grup Macerata:


1. Helvia Recina 8

2. Macerata FC 4

3. Virtus Macerata 0


Grup Ancona:

1. Anconitana 8

2. Virtus Senigallia 4

3. Folgore 0


Grup Finale Marche:

1. Anconitana 12

2. Vigor Senigallia 7

3. Helvia Recina 4

4. Macerata FC 1


Lazio:

1. Fortitudo Roma 28

2. Alba Roma 22

3. Juventus Audax 21

4. Lazio 21

5. US Romana 15

6. Roman FC 12

7. Audace Roma 12

8. Pro Roma 8

9. Tivoli 4


Puglia:

1. Audace Taranto 9

2. Pro Italia Taranto 8

3. Liberty Bari 6

4. Veloce Taranto 1


i) Puteolana, Palermo, Anconitana, Fortitudo Roma dan Audace Taranto maju ke Final Lega Sud

ii) Salernitana, Vigor Trapani, Virtus Macerata, Folgore, Audace Roma, Pro Roma, Tivoli dan Veloce Taranto terdegradasi langsung ke Seconda Divisione Lega Sud


Finale Lega Nord

Pro Vercelli vs Genoa 0-0 2-1 (Agg. 2-1)


Finale Lega Sud


1st Round:


Puteolana vs Anconitana 3-0

Audace Taranto vs Palermo 1-0


Semifinal:

Fortitudo Roma vs Audace Taranto 4-1


Final:

Fortitudo Roma vs Puteolana 2-0

Finale Prima Divisione CCI 1921-1922



Fortitudo Roma vs Pro Vercelli 0-3 5-2 (Agg.8-2)

* Revisi pasca Comprommeso Colombo:


Lega Nord;

1) Play-off degradasi Vicenza vs Inter Milan dibatalkan

2) US Livorno, Spezia, Venezia dan Brescia diikutsertakan dalam play-off degradasi


Lega Sud;

1) Grup Regionale Marche ditiadakan, semua klub di dalamnya terdegradasi ke Seconda Divisione Lega Sud kecuali Anconitana sebagai Juara Grup


IV. Re-Integrasi CCI ke FIGC 1922


Padd 22 Juni 1922 atau hanya setahun setelah 'pembelotan' CCI, pihak FIGC dan CCI menyetujui petisi yang diajukan Emilio Colombo (Direktur harian olahraga terkemuka La Gazzetta Dello Sport saat itu). Petisi ini yang dikenal dengan sebutan Comprommeso Colombo yang berisi formula penyelenggaraan sebuah kompetisi baru yang diikuti klub-klub hasil integrasi kompetisi Prima Categoria dan Promozione FIGC dengan Prima Divisione dan Seconda Divisione CCI, pada akhirnya baik FIGC dan CCI menyepakati Comprommeso Colombo dan setuju untuk bersatu kembali di bawah nama FIGC.


Dengan disetujui kesepakatan ini lahirlah Prima Divisione baru yang menggantikan Prima Categoria FIGC dan Prima Divisione CCI, serta lahir juga Seconda Divisione baru yang menggantikan Promozione FIGC dan Seconda Divisione CCI. Baik Prima Divisione dan Seconda Divisione dibagi dalam 2 Turnamen, Lega Nord akan dijalankan oleh FIGC sementara Lega Sud dijalankan CCI.


V. Petisi Emilio Colombo (Direktur La Gazzetta Dello Sport) 1922


Untuk memperjelas apa saja isi dari Petisi Colombo atau yg dikenal dengan Comprommeso Colombo, maka di sini saya akan menjabarkan poin-poin Comprommeso Colombo sesuai apa yang saya ketahui.


Hal-hal yg disepakati:

1) Reunifikasi kedua Asosiasi (FIGC dan CCI) dan reintegrasi kompetisi di bawah kedua Asosiasi tersebut.

2) Kompetisi utama musim 1922-1923 yang kini dinamai Prima Divisione di bawah FIGC (Lega Nord) akan diikuti oleh 36 klub dari 2 kompetisi musim sebelumnya Prima Categoria FIGC dan Lega Nord Prima Divisione CCI serta dibagi dalam 3 Grup – setiap grup diisi masing-masing 12 klub.

3) Kompetisi utama baru musim 1922-1923 akan diselenggarakan terpisah antara Lega Nord di bawah FIGC dan Lega Sud di bawah CCI.

4) Pada kompetisi Lega Sud di bawah CCI, seluruh proses teknis kompetisi akan diserahkan sepenuhnya kepada Asosiasi yang berwenang (CCI).

5) Kompetisi sepakbola Italia mulai musim kompetisi 1922-1923 akan terdiri dari 4 level/kasta yaitu Prima Divisione dan Seconda Divisione yang dijalankan bersama oleh FIGC (Lega Nord) dan CCI (Lega Sud) sertaTerza Divisione dan Quarta Divisione yang dijalankan oleh Comitati Regionali/Komite Regional (di bawah CCI).

6) Mulai musim kompetisi 1923-1924, Prima Divisione Lega Nord FIGC hanya akan diikuti 24 klub.

7) FIGC mengakui Pro Vercelli yang memenangkan Prima Divisione 1921-1922 CCI sebagai Juara Italia (scudetto) yang sah. (Akhirnya hal ini menjadikan adanya 2 Juara pada musim 1921-1922: Novese sebagai juara Prima Categoria dan Pro Vercelli sebagai juara Prima Divisione.

Pengorganisasian 36 klub peserta Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923:

1) 12 klub yang berasal dari Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI, terdiri dari masing-masing 6 klub yang menempati posisi teratas Grup A dan Grup B. Mereka adalah: Pro Vercelli, Novara, Bologna, Mantova, Andrea Doria, Juventus, Genoa, Alessandria, Pisa, Modena, Padova, Casale.

2) 12 klub yang berasal dari Prima Categoria 1921-1922 FIGC, terdiri dari masing-masing 2 klub yang menempati posisi teratas keenam Grup Regional. Mereka adalah: Sampierdarenese, Speranza Savona, Novese, US Torinese, Esperia Como, Cremonese, Petrarca Padova, Udinese, SPAL, Virtus Bolognese, Pro Livorno, Lucchese.

3) 6 klub yang berasal dari Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI, terdiri dari masing-masing 3 klub yang menempati posisi ke-7 hingga ke-9 dari Grup A dan Grup B. Mereka adalah: Hellas Verona, US Milanese, AC Milan, Legnano, Savona, Torino.

4) 6 klub yang berasal dari hasil play-off degradasi (spareggi), peserta spareggi terdiri dari: 3 klub yang menempati posisi terbawah Grup A dan Grup B Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI (total 6 klub), masing-masing 2 klub yang menempati posisi ke-3 hingga ke-4 dari keenam Grup Regional Prima Categoria 1921-1922 FIGC (total 12 klub), 2 klub yang menempati posisi teratas Putaran Final Seconda Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI (total 2 klub).


Pengorganisasian spareggi Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923:

1) Putaran Kualifikasi spareggi FIGC diikuti oleh seluruh wakil dari Prima Categoria 1921-1922 FIGC (12 klub) yang akan diundi untuk bertanding satu sama lain dan akan menghasilkan 6 klub yang maju ke Putaran Utama spareggi. Mereka adalah: Rivarolese, Valenzana, Pastore, Viareggio, Como, Piacenza, Bentegodi Verona, Sestrese, Parma, Treviso, Libertas Firenze, Enotria Goliardo. Putaran Kualifikasi CCI diikuti 2 klub Juru Kunci Grup A dan Grup B Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI melawan 2 klub wakil Seconda Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI dan akan menghasilkan 2 klub yang maju ke Putaran Utama spareggi. Mereka adalah: Vicenza, Inter Milan (Prima Divisione), Derthona, SC Italia Milano (Seconda Divisione). Format pertandingan berlangsung 1 kali di tempat netral.

2) Putaran Utama spareggi diikuti 8 klub dari Putaran Kualifikasi spareggi dan 4 klub tersisa wakil Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI yang akan diundi untuk bertanding satu sama lain dan akan menghasilkan 6 klub yang berhak mengikuti Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923. Mereka adalah: Venezia, Rivarolese, Pastore, Spezia, US Livorno, Piacenza, Sestrese, Brescia, Derthona, Treviso, Inter Milan, Libertas Firenze. Format pertandingan berlangsung 2 kali home dan away, apabila dalam 2 pertandingan tidak berhasil menemukan pemenang maka diadakan 1 pertandingan penentu di tempat netral.

3) Putaran Tambahan spareggi diikuti 4 klub yang tersingkir dari Putaran Utama spareggi (2 klub lagi tidak diikusertakan, Libertas Firenze tidak memiliki jumlah skuad yang cukup dan Piacenza mengundurkan diri) yang dibagi dalam 2 putaran, semifinal dan final. Mereka adalah: Sestrese, Venezia, Spezia, Treviso. Semua putaran berformat 1 kali pertandingan di tempat netral.


Setelah spareggi berhasil menghasilkan 6 klub yang berhak mengikuti Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923, ternyata masih ada 1 jatah tersisa sebagai akibat dari bangkrutnya Pro Livorno yang sebelumnya sudah masuk ke dalam 12 klub teratas Prima Categoria 1921-1922 FIGC. Karena alasan inilah Comprommeso Colombo memperpanjang masa spareggi untuk menghasilkan 1 klub lagi yang mengikuti Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923.


Hasil lengkap spareggi Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923:

Putaran Kualifikasi



Dibagi dalam 2 zona; zona FIGC dan zona CCI. Pertandingan berlangsung 1 kali dan dilaksanakan di tempat netral, kemudian diulang di lain waktu apabila hasilnya imbang. Pemenang melaju ke putaran utama.


FIGC


Rivarolese - Valenzana 2-0

Pastore - Viareggio 4-0

Como - Piacenza 1-2

Bentegodi Verona - Sestrese 2-7

Parma - Treviso 1-2

Libertas Firenze - Enotria Goliardo 2-1

CCI



SC Italia Milan - Inter Milan 0-2 (SC Italia Milano mengundurkan diri)

Derthona - Vicenza 4-0

Putaran Utama


Zona FIGC dan CCI digabung. Pertandingan berlangsung dalam 2 leg (home dan away), sementara apabila hasilnya imbang akan ditentukan di pertandingan tambahan yang dilaksanakan di tempat netral hingga menemukan pemenangnya. Pemenang berhak lolos ke Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923. Klub yang disebut pertama adalah tuan rumah leg I, klub yang disebut berikutnya adalah tuan rumah leg II.


Rivarolese - Venezia 0-0 2-1

Spezia - Pastore 1-1 1-2
Piacenza - US Livorno 2-4 (diulang karena masalah teknis, hasil sebelumnya 1-4) 0-2 (Piacenza mengundurkan diri)

Brescia - Sestrese 2-0 0-5 (Penentuan 2-0)

Treviso - Derthona 0-1 0-1

Inter Milan - Libertas Firenze 3-0 1-1


Putaran Tambahan


Dibagi dalam 2 putaran; Semifinal dan Final. Setiap putaran berlangsung dalam 1 kali pertandingan dan dilaksanakan di tempat netral, kemudian diulang di lain waktu apabila hasilnya imbang. Pemenang putaran Final berhak lolos ke Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923 menggantikan Pro Livorno yang bangkrut.


Semifinal


Sestrese - Venezia 1-0

Spezia - Treviso 3-0


Final


Spezia - Sestrese 2-1


VI. Kontroversi Petisi Emilio Colombo & Perkembangannya

Dengan sekilas kita bisa melihat bahwa Comprommeso Colombo mengabaikan Lega Sud dibandingkan Lega Nord, indikasinya jelas yaitu bahwa Comprommeso Colombo sama sekali tidak mengatur pengorganisasian Lega Sud dan sepenuhnya fokus pada pengorganisasian Lega Nord. Hal ini jugalah yang pada awalnya menjadi titik utama kontroversi Comprommeso Colombo pada tahun-tahun awal kelanjutan Prima Divisione. Alasan Colombo memprioritaskan Lega Nord sebenarnya cukup bisa dipahami mengingat pada saat itu klub-klub yang berasal dari selatan tidak memiliki prestise dan kemampuan finansial memadai sehingga hanya dianggap jauh lebih inferior, namun tetap saja tidak bisa dibenarkan karena jelas ada ketidakadilan dan diskriminasi dalam hal ini.



Setelah era transformasi dari Prima Divisione ke Serie-A pada awal tahun 30an dan terutama pasca era Perang Dunia II pada akhir tahun 40an ternyata kontroversi seputar Comprommeso Colombo masih berputar, namun fokus kontroversi bergeser dari yang awalnya tentang diskriminasi terhadap klub-klub Selatan (Lega Sud) menjadi tentang diskriminasi terhadap klub-klub Prima Categoria dan Promozione 1921-1922 FIGC. Indikasinya utamanya adalah seputar penetapan 36 klub peserta Lega Nord Prima Divisione 1922-1923 di mana klub-klub dari Prima Categoria 1921-1922 FIGC diberi jatah yang lebih sedikit dibandingkan klub-klub dari Prima Divisione 1921-1922 CCI, bahkan pada proses spareggi seluruh wakil Prima Categoria 1921-1922 FIGC langsung diikutsertakan sejak Putaran Kualifikasi sementara hanya 2 dari total 6 klub Prima Divisione 1921-1922 CCI peserta spareggi yang mengikuti Putaran Kualifikasi. Indikasi lain adalah diturunkannya kasta Prima Categoria dan Promozione 1921-1922 FIGC setelah Comprommeso Colombo mentransformasi kedua kompetisi tersebut menjadi Terza Divisione dan Quarta Divisione.


Pergeseran kontroversi Comprommeso Colombo paling anyar terjadi pasca skandal Calciopoli 2006 yang memaksa Juventus terdegradasi dan meninggalkan Inter Milan sebagai satu-satunya klub Italia sepanjang sejarah yang tidak pernah terdegradasi dari kasta pertama kompetisi sepakbola Italia. Sebagian pihak yang merasa tidak bisa menerima fakta ini bahkan kemudian memfitnah Inter Milan seharusnya terdegradasi pada tahun 1922 karena menempati posisi Juru Kunci Lega Nord Prima Divisione Grup B 1921-1922 CCI dengan menggunakan Comprommeso Colombo sebagai alasan Inter Milan terlepas dari degradasi. Hal terakhir inilah, yang setelah saya jabarkan panjang lebar di atas, akan saya luruskan kembali kebenarannya.


Petisi Colombo versi Pasca Calciopoli 2006: Fitnah Terhadap Inter Milan & Fakta Sebenarnya.


1. Fitnah: Inter Milan seharusnya terdegradasi setelah mengakhiri Prima Divisione 1921-1922 CCI sebagai Juru Kunci Lega Nord Grup B. Fakta: Sejak awal Regulasi Prima Divisione 1921-1922 CCI tidak menyatakan Juru Kunci kedua Grup Lega Nord otomatis terdegradasi langsung. Inter Milan yang berakhir sebagai Juru Kunci Lega Nord Grup B seharusnya menjalani play-off degradasi (spareggi) melawan Vicenza selaku Juru Kunci Lega Nord Grup A, pemenangnya akan bertahan di Prima Divisione dan yang kalah terdegradasi ke Seconda Divisione. Hanya saja Spareggi antara Inter Milan vs Vicenza tidak pernah terjadi karena didahului oleh disepakatinya Comprommeso Colombo sebelum jadwal pertandingan tersebut.


2. Fitnah: Comprommeso Colombo diajukan oleh Emilio Colombo dan manajemen Inter Milan. Fakta: Manajemen Inter Milan tidak terlibat perancangan Comprommeso Colombo karena petisi tersebut awalnya disusun Emilio Colombo bersama Presiden FIGC, Luigi Bozino, dan Presiden CCI, Giovanni Lombardi pada sebuah pertemuan mediasi 7 Desember 1921 di Milan. Fitnah ini muncul hanya karena tempat diselenggarakannya mediasi berdekatan dengan vila milik Enrico Olivetti, Presiden Inter Milan dari 1923-1926 (baru dilantik sebagai Presiden Inter Milan hampir 2 tahun setelah proses mediasi awal yang dipermasalahkan!)


3. Fitnah: Comprommeso Colombo berisi permohonan agar Inter Milan tidak didegradasi dan menjadikan Venezia sebagai pengganti Inter Milan untuk degradasi. Fakta: Silakan dibaca lagi poin-poin Comprommeso Colombo di atas dan tolong tunjukan bagian yang menyatakan Venezia menggantikan Inter Milan untuk terdegradasi. Inter Milan lolos dari degradasi berdasarkan regulasi yang disusun dalam Comprommeso Colombo setelah menjalani spareggi yang sah, sebaliknya Venezia justru terdegradasi juga berdasarkan regulasi yang disusun dalam Comprommeso Colombo setelah menjalani spareggi yang sah.

Kiper Terbaik Sepenjang Masa

1. Gordon Banks (Inggris)
Gordon Banks adalah kiper paling hebat sepanjang masa. Ia membuktikan dengan kemampuannya yang sungguh hebat dengan bakat yang luar biasa. Ia pernah menepis sundulan Pele pada piala dunia 1970 yang sudah 90% hampir gol. Itu dinobatkan sebagai penyelamatan terhebat sepanjang masa dan Pele sendiri mengakuinya.

2. Lev Yashin (Uni Soviet/Russia)

Mungkin banyak orang yang belum pernah mendengar nama ini, karena pemain ini pun sudah meninggal. Ia memiliki refleks yang bagus dan cepat saat menepis bola. Selama berkarir dalam sepak bola, dia juga banyak memenangkan piala. Ia juga telah menepis lebih dari 150 tendangan penalti. Namun, pada tahun 1986 ia mengalami hal yang tragis. Cedera lutut kaki kanannya yang sangat parah, membuat dokter terpaksa mengamputasi kakinya dan empat tahun kemudian ia meninggal setelah mengalami komplikasi dalam pembedahan.

3. Peter Schmeichel (Denmark)

Peter Schmeichel merupakan kiper terhebat karena karirnya yang sukses dan kemampuannya yang fantastis. Dengan badan tinggi besar, ia membawa Manchester United meraih treble winner pada musim 1997-1998 dan membawa Denmark juara Piala Eropa 1992. Ia pun juga telah mendapat predikat kiper terbaik dunia empat kali pada tahun 1992, 1993, 1997, 1999.

4. Dino Zoff (Italia)

Dino Zoff adalah salah satu legenda Italia dan Juventus. Ia juga merupakan salah satu kiper yang masih bermain pada saat usia 41 tahun untuk tim nasional dan klubnya. Ia pun telah mepersembahkan 6 gelar Serie A kepada Juventus dan 1 piala dunia kepada tim nasional italia.

5. JosΓ© Luis Chilavert (Paraguay)
JosΓ© Luis Chilavert mungkin adalah kiper profesional yang paling sering membuat gol. Terbukti dengan 67 gol yang sudah dibuatnya selama berkarir menjadi kiper. Pada tahun 1999, ia memecahkan sejarah dengan mencetak hat-trick pertama yang dilakukan oleh kiper. Dia juga telah mendapat gelar kiper terbaik tahun 1995, 1997, dan 1998.

6. Edwin Van Der Sar (Belanda)

Van Der Sar memang salah satu kiper terhebat sepanjang masa. Ia masih bermain sampai umur 40 tahun (musim 2010-2011) untuk membela Manchester United. Bersama Paul Scholes dan Ryan Giggs yang sama-sama sudah tua, mengantarkan MU menjuarai berbagai gelar. Ia menjaga gawangnya dengan tubuh yang tinggi dan tangannya yang panjang.

7. Claudio Taffarel (Brazil)
Claudio Taffarel dinobatkan sebagai salah satu kiper terbaik sepanjang masa karena banyak gelar yang dipersembahkannya kepada tim nasional Brazil. Dengan membawa Brazil menang piala dunia 1994 dan membawa Brazil ke final pada 1998 (walaupun kalah 3-0 oleh Prancis di final) serta ia juga mengantarkan Brazil juara Copa America pada tahun 1989 dan 1997. Selain itu dia juga memiliki skill yang mumpuni sebagai kiper.

Sunday, 19 July 2009

Asal Muasal Kata Bajingan

Badjingan adalah sebuah istilah yang muncul di tanah Jawa untuk menunjuk seorang pengendara gerobak sapi. Dalam salah satu novel trilogi-nya Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk, istilah ini akan sering kita temui. Lantas kenapa istilah badjingan kemudian bergeser menjadi sebuah kata makian, padahal kata itu adalah merujuk sebuah profesi seseorang. 

Kata kakek sih mungkin gara-gara cerita berikut:

Dahulu kala pada tahun 1940an, di suatu daerah (Notog - Banyumas) sarana transportasi sangat sulit untuk ditemui. Masyarakat yang ingin berkegiatan di kota seperti berdagang, atau hanya mejeng biasanya menggunakan jasa gerobak sapi.


Pas itu, badjingan merupakan satu-satunya transportasi yang bisa diandalkan oleh masyarakat pinggiran untuk membawa mereka ke kota, selain berjalan kaki tentunya. 

Namun, kedatangan badjingan ini tidak tentu, kadang bisa siang hari, pagi hari, bahkan tengah malam. Karena ketidakpastian waktu tersebut, masyarakat yang ingin nebeng, Kalo nggak beruntung ya bisa berjam-jam nunggu itu badjingan. 

Nah, muncullah sebuah kalimat umpatan yakni "Badjingan lama kali datangnya". Dari situ badjingan mengalami pergeseran makna menjadi kata umpatan. 

Dahulu pun, umpatan bajingan hanya digunakan sebagai analogi atas keterlambatan sesuatu atau seseorang, misalnya: "Darimana aja kamu, lama bener seperti badjingan". 

Namun, pada masa sekarang badjingan menjadi kata umpatan yang lebih umum dan tidak merujuk pada kekesalan mengenai keterlambatan atas sesuatu. (penulisan sekarang: bajingan)

source: http://www.strov.co.cc/2010/07/asal-muasal-kata-bajingan.html

Wednesday, 27 May 2009

All About FC. Internazionale Milano


SCUDETTO OF HONESTY: Tragedi Superga dan Scudetto (Kasih Sayang, Keikhlasan dan Kejujuran)

Tragedi Superga adalah sebuah tragedi yang melibatkan Il Grande Torino, peristiwa yang terjadi pada pukul 17.04 waktu Italia, 4 Mei 1949 tersebut merupakan lembar buram dalam sejarah sepak bola Italia. Tak sekedar merenggut 31 jiwa, lebih dari itu kecelakaan tersebut juga memutus rantai sebuah generasi emas.

Bayangkan, 18 dari 31 penumpang yang tewas tersebut merupakan skuad inti Torino, tim tertangguh di Italia dan salah satu tim terkuat di Eropa. Pada saat itu, Torino adalah raja. Inter, Juventus atau Milan tak berkutik. Torino berhasil menobatkan diri sebagai juara sejati Italia dengan mengangkangi takhta Serie A dari 1943 sampai 1949 tanpa putus.

Yang lebih tragis, 70 persen kekuatan Timnas Italia juga ada di Torino. Klub berjulukan "El Toro" itu menyumbang 7 pemain untuk "Gli Azzurri". Salah satunya, Valentino Mazzola, kapten dari segala kapten, ayah dari legenda Inter Milan, Sandro Mazzola.
 
Valentino merupakan pemain paling karismatis di Italia. Pria yang telah mencapai 100 gol di Serie A sebelum umurnya menginjak 30 tahun ini dianggap seperti jenderal oleh teman-temannya. Nakhoda kapal "Gli Azzurri" ada di tangannya.

 

Hubungan Scudetto Inter dengan Tragedi Superga?

Saat kejadian terjadi Inter dan Torino sedang bersaing dalam perebutan capolista, Torino memimpin klasmen dengan di ikuti oleh Inter. Kedua klub hanya berselisih 3 point dan menyisakan 4 pertandingan lagi.

Petaka superga berawal dari undangan melawan klub Benfica Portugal, dimana kapten Benfica dan kapten Timnas Portugal Francisco Jose Ferreira, berniat gantung sepatu. Ferreira lalu mengundang sahabat dan pemain yang paling dihormatinya, Valentino Mazzola, untuk melakukan pertandingan persahabatan di Portugal.

Pasca dari tragedi Superga, skuat Torino mengalami kepedihan dan hanya menyisakan pemain primavera, sehingga FIGC melakukan rapat bersama dengan klub-klub Serie A pada waktu itu. Dari hasil rapat terdapat sebuah keputusan untuk memberikan scudetto kepada Torino guna mengenang dan menghormati semua korban tragedi Superga.

Carlo Masseroni (1942–1955) presiden Inter waktu itu ikut menyetujui keputusan FIGC tersebut dengan mengorbankan peluang scudetto yang didapat, jika melihat dari susunan klasemen serta 4 pertandingan sisa Inter yang saat itu di pimpin oleh I Nyers dan E. Bearzot di yakini mampu memenangi sisa pertandingan yang ada.Dan Torino dengan tim primaveranya akan kesulitan memenangi laga sisa.

Carlo melihat memenangi sebuah scudetto saat seluruh Italia berduka tidak lah menjadi sebuah kebanggan, apa yang telah kita setujui dan kita lakukan hari ini akan menjadi sebuah sejarah, Kasih Sayang, Keikhlas dan Kejujuran.

Hikmah dari Tragedi Superga

Anak dari Valentino Mazzola legenda Itali dan Torino bernama Sandro Mazzola, hanya mau bermain di Inter Milan, apakah ini merupakan bentuk terima kasih Sandro Mazzola terhadap Inter atas scudetto Torino dan penghormatan yang dilakukan Inter terhadap ayahnya. Dan Sandro Mazzola menjadi salah satu legenda Inter. Tahun 2006 Inter mendapatkan gelar scudetto yang ke 14 sebuah gelar yang didapat dengan cara tidak biasa beberapa media menyebutnya dengan "Scudetto of Honesty" karena tidak terlibat skandal memalukan liga italia yang melibatkan Juventus dan AC Milan.

Para fans yang pada waktu itu (1948-49) saat terjadinya tragedi superga menerima dengan tabah keputusan sang presiden, kecintaan terhadap klub Kasih Sayang, Kejujuran dan Keiklasan lebih penting dari pada sebuah juara, dan para fans pada masa dekade dan sekarang itu tidak pernah menuntut scudetto tersebut seperti apa yang kita dengar saat sekarang ini.

Korban:

Pemain
* Valerio Bacigalupo
* Aldo Ballarin
* Dino Ballarin
* Milo Bongiorni
* Eusebio Castigliano
* Rubens Fadini
* Guglielmo Gabetto
* Ruggero Grava
* Giuseppe Grezar
* Ezio Loik
* Virgilio Maroso
* Danilo Martelli
* Valentino Mazzola
* Romeo Menti
* Piero Operto
* Franco Ossola
* Mario Rigamonti
* Julius Schubert

Club Official
* Arnaldo Agnisetta, manager
* Ippolito Civalleri, manager
* Egri Erbstein, trainer
* Leslie Lievesley, coach
* Ottavio Corina, masseur

Jurnalis
* Renato Casalbore, (founder of Tuttosport)
* Luigi Cavallero, (La Stampa)
* Renato Tosatti, (Gazzetta del Popolo)

Kru Pesawat
* Pierluigi Meroni, captain
* Antonio Pangrazi
* Celestino D'Inca
* Cesare Biancardi

Lainnya
* Andrea Bonaiuti, organiser 

Dua pemain yang selamat dari kejadian itu adalah Sauro TomΓ  yang batal ikut karena cedera, dan Ladislao Kubala, pemain asli Portugal yang memilih tinggal sebentar di rumahnya karena anaknya sakit. Torino terpaksa meneruskan kompetisi dengan menurunkan pemain Primavera mereka. Torino gagal meraih gelar juara sampai tahun 1976. dan kecelakaan itu juga mengguncang timnas Italia dimana sepuluh pemain Torino ada di dalamnya termasuk kapten legendaris mereka, Valentino Mazzola. Kejadian itu pula yang, disadari atau tidak, telah menyusutkan kehebatan Torino dari klub raksasa menjadi klub medioker sampai saat ini, dan entah sampai kapan.